Untuk bagian 1, bisa anda baca di sini.

Bahkan ini bukan hanya terjadi di perusahaan, namun juga di keluarga. Anak ga mau mendengarkan orang tuanya. Adik tidak mau mendengarkan abangnya. Lalu apa yang terjadi? Kita bilang, “Kamu itu ga hormat sama yang tua yah!! Pembangkang! Mau jadi apa besok? Zaman papa-mama dulu nggak ada melawan seperti ini”

Percuma saja, mau ngamuk seperti apapun ga ada gunanya. Malah bakal tambah membangkang.

Hal yang sama yang dirasakan oleh manager, bos, team leader, guru, dan banyak orang lain. Kadang rasanya seperti berjuang sendiri. Seperti menarik-narik tembok. Anda merasakan?

Nah, ini dia rahasianya, “Niat yang baik, disampaikan dengan cara yang salah, hasilnya salah”.

Saya lebih tertegun lagi saat saya belajar hypnosis. Seharian belajar hypnosis, saya langsung bertanya kepada guru saya, “Pak Tukiyo, jadi sebenarnya inti dari hypnosis itu adalah building rapport (membangun hubungan akrab dengan sangat cepat) yah?” Beliau langsung membenarkan.

Ternyata sebelum saya bisa mengajak orang untuk tidur, saya mesti mengalah dulu. Saya mesti mendengarkan dan mengikuti orang lain dulu. Walah! Ini dia “missing link”-nya. Ternyata saya tuh dulu kurang disukai karena saya main langsung serbu saja, main langsung perintah. Saya kurang pendekatan!

Sebagai contoh, hari ini ada BBM masuk untuk Bu Lusy (Excellence Training), yang isinya kurang lebih disuruh ikut pelatihan jam 09.45. Tanpa ba bi bu, langsung disuruh titipin anak & ikut pelatihan. Padahal beliau lagi seru-serunya karena ga ada pembantu dan baby sitter. Perintah seperti ini bisa keluar karena sering kali kita merasa dengan POSISI yang ada, kita bisa memerintah orang seenaknya.

Seharusnya cara yang lebih baik adalah, “Bu Lusy. Nanti ada pelatihan tentang payroll dari BCA. Pelatihan ini penting. Apa anda sibuk? Apa kira-kira boleh luangkan waktu sebentar untuk ikut pelatihannya?”

Perhatikan kata “Boleh luangkan waktu?”. Kita menggunakan kata “boleh” yang berarti memberikan power kepada kawan bicara. Di saat dia menjawab, “Ya, baiklah”. Jawaban itu berasal dari dia. Dia yang memutuskan. Di saat dia yang memutuskan, maka komitmennya akan jauh lebih besar daripada kita yang memutuskan untuk dia.

Masuk akal?

Ini akan lebih bagus lagi saat kita mengatakan pelan-pelan, “Saya tau kamu sibuk. Sedang tidak ada pembantu. Pasti juga capek. Namun payroll ini penting. Karena ini untuk orang banyak, untuk seluruh karyawan. Bantuin sebentar yah. Boleh?” Apa yang terjadi? Kawan bicara kita akan segan dan rasanya ga enak banget untuk menolak. Kenapa? Karena kita sudah “Mendengarkan dan Mengerti” kondisi beliau!!! Itu kebutuhan dasar, didengarkan dan dimengerti.

Banyak pemimpin yang takut memberikan power kepada kawan bicaranya. Takut nanti dijawab “Tidak” karena hal yang diperintahkan memang adalah sebuah keharusan. Hal yang memang wajib dijalankan. Rahasianya ada pada “menjelaskan kenapa dia harus melakukannya”. Berikan alasan yang kuat.

Sering kali kita menganggap, “Ah, dia kan sudah tau bahwa ini penting. Ini soal payroll untuk banyak orang lho.”  BIG NO!! Kita berasumsi bahwa dia sudah tau! Kalaupun dia tau, belum tentu dia peduli. Maka penting untuk menjelaskan alasannya.

Kita beranggapan, semakin ‘harus’ suatu tugas dijalankan, semakin tidak perlu dijelaskan. Tidak perlu banyak omong. Terbalik! Malah semakin harus dijelaskan dan semakin penting untuk dapat persetujuan dan komitmen dari kawan bicara.

Berikut contoh yang baik, “Ini buat orang banyak lho. Kasihan para karyawan kalau sampai kita sendiri tidak ngerti soal payroll ini. Nanti mereka yang jadi korban. Menurut anda gimana? Apa ini penting?” Kita mengarahkan jawaban, “Penting” untuk keluar dari mulutnya.

Lalu kita mengerti kondisinya, “Tapi kamu kan lagi sibuk karena ga ada pembantu. Terus gimana? Apa mash mau bantu?”. Kurang lebih dia akan menjawab, “Ya gak apa-apa, saya sempatkan. Soalnya ini kan penting”. Saat itu, anda tau bahwa anda sudah memenangkan hatinya. Maka ucapkan, “Terima kasih, yah. Saya hargai lho”. Orang lain senang karena dihargai.

Tips terakhir, hindari kata-kata “Harus”. Saat anda mengucapkan kalimat, “Kamu harus mengerjakan tugas itu!” Gimana kira-kira perasaan kawan bicara kita? Memberontak dan ingin kabur. Semakin ‘Harus’ situasinya, maka kita justru semakin sopan.

Anda setuju?

Oya, kalau artikel ini berguna dan bermanfaat, berikan link-nya kepada teman anda yah. Boleh kan? Ingat, di saat mengajak orang membaca jangan pakai kalimat, “Artikel ini bagus lho. Kamu harus baca” . Pakailah kalimat “Eh, ada artikel yang kayanya cocok banget buat kamu. Mau saya kasih link-nya? Bagus lho!”

Selamat menyebar kebaikan yah…

Salam DAHSYAT!!!

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com