Sekali lagi tentang urut-urutan. Karena beberapa hal di dunia ini urutannya gak boleh kebalik. Kalau kebalik bisa runyam masalahnya.

Misalnya, kalau pencet nomor telp, urutannya ga boleh kebalik. Kalau mau nikahin anak orang, ga boleh nikah dulu, baru kenalan sama orang tuanya. Kalau mau makan, masukin dulu bahannya semua ke perut nanti baru perutnya digoyang dan diaduk supaya campurannya rata, bisa gitu?

Gara-gara salah urutan bisa runyam urusannya. Misalnya, marah-marah dulu baru jelasin apa sebenarnya maksud baik kita. Terlambat, orang sudah kesal duluan. Betul tul tul?

Niat baik disampaikan dengan cara yang salah hasilnya ya salah.

Sebenarnya kalau urutannya salah, masih agak mendingan. Kalau ada urutan yang hilang, itu baru *glup*

Anggaplah seorang bos ingin membagikan bonus kepada karyawan. Namun karena bos mempunyai pertimbangan sendiri, maka diputuskan hanya bos yang berhak tau berapa sebenarnya bonus yang dibagikan ke masing-masing karyawan. Karena bos yang (merasa) paling tau siapa yang berhak dapat bonus besar dan siapa yang dapat bonus kecil.

Setelah bonus dibagikan, menurut anda apakah masing-masing karyawan pada tau besar bonus yang dibagikan ke teman-temannya? Ya jelas tau!!!!

Karena mereka pasti saling gossip dan celingak-celinguk kanan-kiri. Walhasil, terjadi kecemburuan sosial. Saling cemburu kiri dan kanan.

Satu bagian merasa senang karena dapat bonus besar. Bagian lain merasa kecewa karena sama-sama kerja keras, sama-sama melayani. Kenapa kok bousnya beda? Memang ada yang capek secara fisik, ada juga yang capek secara pikiran. Tapi semuanya sama-sama kerja. Kenapa oh kenapa, bonusnya berbeda?

Kalau memang dari awal dijelaskan bahwa bonus masing-masing karyawan akan berbeda, tentu karyawan akan mengerti. Kalau penjelasannya datang belakangan….. sudah banyak terjadi salah paham. Suasana antar karyawanpun bisa panas. Makin lama makin gerah.

Kalau penjelasannya gak pernah ada? Hehhehehe… silakan bayangkan sendiri.

Sebenarnya bila ada pembagian bonus, tentu saja jumlahnya boleh berbeda-beda di tiap karyawan. Namun system dan cara menghitungnya harus jelas. Sehingga semua tim tau apa yang harus dikerjakan agar mendapatkan bonus lebih. Jadi bonus bisa berfungsi sebagai motivator.

Semua harus transparan, itu sebabnya rakyat senang dengan Jokowi kan? System transparan untuk perhitungan bonus ini sifatnya wajib.

Bila anda adalah seorang pemimpin, jangan pernah merasa anda tidak bisa transparan karena susah menjelaskan ke bawahan. Jangan mengira mereka tidak bisa mengerti. Insult one’s intelligence, and you will be insulted.

Bila anda seorang karyawan, kirimkan artikel ini ke semua contact anda. Biarkan kesadaran akan transparansi ini meningkat. Setuju?

Nah, ayo kita transparan. Btw, sebelum artikel ini saya tutup… saya cuma mau ngomong, bahwa uang bukanlah motivator terbaik. Mau saya kasih tau apa motivator terbaik?

Salam Dahsyat!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com