Not Buying

Customer tidak mau membeli alat seharga 25 juta. Mereka mau membeli kenikmatan seharga 25 juta.

Ini adalah prinsip yang sering sekali dilupakan oleh sales.

Pada dasarnya customer itu bukan membeli alat / barang yang kita tawarkan, apalagi membeli brosur. Maksudnya….? Begini…

Anggaplah saya sedang berjalan-jalan ke mall bersama anak dan istri. Pokoknya gambaran keluarga harmonis masuk ke mall deh. Yihaa!! Lalu saya lewat di samping pameran sepeda motor. Salesnya menghampiri saya, lalu memberikan beberapa lembar brosur ke saya. Ada brosur yang isinya daftar cicilan, ada yang isinya spec sepeda motor. Lalu dia menjelaskan , “Pak, tipe yang ini adalah yang terbaru lho, sudah injeksi langsung.”

Nah hayo…..

Coba deh, apa hubungannya, antara Keluarga Bahagia dengan Daftar cicilan + Daftar Spec +  Injeksi langsung?

Jelas saja reaksi saya langsung menolak. Dia menawarkan sesuatu yang nggak relevan dengan kebutuhan saya. Dia mengharapkan saya mau mengeluarkan 25 juta untuk angka dan kata-kata di brosur yang nggak dimengerti oleh saya?

Kalau dia ngomong bahasa, “Makin gampang jemput anak”, “Istri bisa belanja sendiri selagi suaminya ke kantor”, “Ini cicilannya cuma 10.000 per hari, bandingkan dengan ongkos ojek”, saya bakalan ngerti.

Yang ada, para sales malah sering ngomong dengan bahasa teknik seperti “Injeksi”, “Double disc brake”, dan mungkin dengan bahasa promosi, “Makin ngebut”.

Aaaaaarrghhhhhhh, apa kira-kira tipe keluarga bahagia perlu “Makin ngebut” di daftar kebutuhannya?

Anggaplah ada seorang bapak yang datang ke mall dengan anaknya. Sang anak baru lulus SMP dengan nilai membanggakan. Maka sang bapak berpikir, sudah pantas anaknya diberikan hadiah. Sebuah sepeda motor!  Beliau ditawarkan brosur dengan slogan, “Makin ngebut“. Apa kira-kira yang ada di pikiran bapak itu?

Customer mau menukarkan uang 25 juta dengan kenikmatan, bukan dengan bahasa yang tidak dimengerti. Apalagi dengan bayangan, “Makin ngebut aja!!

Gawat…!!

Boleh ga pakai bahasa “Makin Ngebut“? Boleh, kalau target marketnya anak jalanan yang tukang ngebut, punya banyakkkk uang, dan juga tidak tinggal di Jakarta yang jelas macet total.

Bagaimana menurut anda?

PS: Saya tidak dibayar pihak manapun untuk menulis artikel ini dan tidak bermaksud untuk menyudutkan suatu merk tertentu. Hanya bermaksud untuk menyadarkan para sales dan membantu semakin banyak orang mewujudkan angan-angannya. Boleh?

Salam Dahsyat!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com