Curry Puffs & Snickers

Ronald dan Erny

Sudah pukul 22.23, namun HP saya masih berbunyi. Ada saja yang SMS di tengah malam begini. Penasaran, saya buka SMS-nya, “Pak, sudah tidur? Gua masih dinner di Jl. Teuku Umar. Abis ini mau mampir tempat elo – Erny”

Waks, teman lama! Ngapain dia ngotot mau mampir di tengah malam begini? Gak pernah-pernahnya nih. Ternyata malam itu dia mau ngantarin my favorite food. Sekotak ‘Polar Curry Puffs’ dibawa khusus langsung dari Singapore. Diangkat dan dijinjing sepanjang jalan. Padahal saya nggak pernah minta!

Kejadiannya berawal sekitar 13 tahun yang lalu. Waktu saya masih kuliah di Singapore. Erny bersama teman dekat saya yang lain, datang dari Malaysia. Tentu saja sebagai host yang baik, saya kudu nemenin mereka. Kalau saya datang ke Malaysia, maka mereka dengan senang hati nemenin saya jalan-jalan. Kalau mereka ke Singapore, maka kamar sayapun bisa jadi kamar mereka! Untunglah bapak kos saya super baik dan pengertian

Hari itu Erny mau balik ke Malaysia. Rasanya ada sesuatu yang kurang. Sesuatu yang harus mereka coba. Namun waktu sudah tidak sempat lagi, mereka buru-buru. Sebentar lagi mereka harus berangkat. Maka saya berlari ke gerai Polar. Mereka menjual curry puffs (sejenis pastel) yang juicy dan enakkkkk buanget! Itu adalah my favourite food. Tekad saya dalam hati, ‘Kalau teman saya hari ini pulang… mereka harus pulang dalam keadaan perut kenyang dan bisa menikmati Polar Curry Puffs. Mereka harus pulang dalam keadaan bahagia dan tersenyum’. 

Maka dengan senyum nyengir plus badan penuh keringat, saya menyodorkan curry puffs itu untuk mereka. Jujur saja, uang saya pas-pasan. Kadang untuk membeli daging seharga 50 cents saja, saya mikir berkali-kali. Untuk makan siang, saya bisa keliling food court untuk mencari harga termurah. Kalau masih ada chicken rice seharga $2, walaupun jauh akan saya kejar.

Namun tidak masalah. Lapar saya urusan belakangan. Saya tidak ada uang, itu urusan belakangan. Yang penting, uang saya masih cukup untuk ongkos pulang. Setulus hati saya berharap mereka bisa menikmati Curry Puffs itu.

Ternyata kejadian itu melekat erat di hati Erny. Hampir setiap kali ketemu, dia akan ngobrol soal curry puffs. Maka malam itu, sekotak Curry Puffs dan coklat Snickers (my favourite) datang buat saya dari Singapore.

Kita tidak pernah tau, satu service Dahsyat yang kita berikan untuk orang lain, bisa mengubah hidup orang itu. Mungkin bisa mengubah pandangan dia terhadap anda selamanya.

Service is about doing good things for others. What’s not to love about service? (Service itu tentang berbuat kebaikan terhadap orang lain, bagaimana anda bisa tidak jatuh cinta terhadap service?)

Salam Dahsyat buat Erny Thamrin dan anda!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com