SECINDO (Service Excellence Community Indonesia)

SECINDO

Anda pernah main bulu tangkis? Kalau pernah, coba bayangkan! Ada bola yang tingginya lumayan tanggung, melayang lambat, dan sepertinya empuk sekali untuk dipukul. Apa yang anda lakukan? Kalau anda seperti 98% pemain lainnya, pasti langsung anda smash!

Namun bagaimana kalau yang mendapat bola itu pemain yang baru belajar main buku tangkis? Saat dapat bola seperti itu, dia malah melambungkan lagi bolanya tinggi-tinggi ke atas. Kadang mendaratnya malah di lapangan sendiri, bukan di lapangan lawan. Betul?

Apa bedanya anda dengan pemain baru itu? Kalau boleh dibilang, dulu anda juga main seperti itu kan? Namun seiring waktu anda semakin ngerti. Bahwa bola empuk itu enak banget untuk smash. Itu bola yang anda tunggu. Lama-lama jadi insting. Bola empuk, smash!!

Namun insting itu belum anda pada pemain baru. Mereka belum ngerti. Mungkin melihat orang smash-pun belum pernah. Kalaupun pernah, gak diperhatikan baik-baik.

Begitu juga yang terjadi dengan dunia bisnis. Banyak karyawan kita yang belum bisa melayani sungguh-sungguh karena insting melayani itu belum ada. Mereka gak tau yang namanya melayani itu harus seperti apa. Contoh melayani yang baik itu seperti apa.

Padahal kalau saya ngobrol dengan 1.000 pebisnis, maka 1.200-nya setuju bahwa dalam bisnis service itu sangat penting. Mayoritas dari mereka setuju bahwa karyawan mereka kurang inisiatif dan melayani tidak dari hati. Namun bagaimana mau melayani dengan hati, kalau contoh melayani saja mereka tidak tau.

Maka banyak pebisnis yang bergabung ke SECINDO (Service Excellence Community Indonesia) untuk berbagi kisah-kisah service / pelayanan prima yang menyentuh hati. Banyak juga dari mereka mendaftarkan seluruh karyawan mereka untuk ikut komunitas ini, agar para karyawan mendapatkan kisah-kisah Service. Karena di SECINDO, kisah yang dibagikan adalah kisah-kisah yang sungguh dialami di lapangan.

Simak kisah berikut sebagai contohnya. Kisah Febry, Karyawan Smile Seluler & Computer System dari Gianyar.

——————————-

Waktu itu, saya teringat. Saya pernah membantu Pak Nyoman (nama disamarkan) yang datang bersama anaknya dari Ubud. Pak Nyoman dan anaknya datang berbelanja ke Smile. Bapak itu dilayani oleh rekan saya. Beliau memutuskan untuk membeli sebuah HP Samsung buat anaknya.

Saat transaksi di kasir, Pak Nyoman menggunakan kartu. Ternyata beliau tidak bisa menggunakan kartunya. Entah karena tidak tau pin-nya, atau karena milik istrinya, atau mungkin baru pertama kali memakai kartu. Jelas beliau tidak paham bagaimana cara memakainya. Pak Nyoman mulai gelisah. Apalagi ada anaknya yang sudah berharap.

Akhirnya Pak Nyoman terpaksa memutuskan untuk menggunakan uang cash. Ternyata saat dihitung, uangnya kurang sedikit. Cuma kurang Rp.20.000. Beliau tidak bisa membelikan HP itu. Saya bisa melihat muka anaknya kecewa dan sedih banget.

Loving FatherSaya juga bisa merasakan kecewa dan paniknya Pak Nyoman. Bagaimana malunya seorang bapak yang tidak pandai menggunakan kartu kredit. Bagaimana kecewanya seorang bapak yang tidak bisa membelikan HP untuk anaknya, padahal sudah sampai di kasir!

Lalu saya menghampiri beliau pelan-pelan dan menawarkan uang saya sendiri, Rp.20.000. Syukurlah beliau mau menerimanya waktu itu. Sayapun ikhlas membantu.

Sudah lama waktu berlalu. Saya sudah melupakan kejadian itu, Pak Nyoman kembali datang ke Smile. Beliau langsung menghampiri saya dan memanggil nama saya, “Febry!” Saya bingung, karena saya lupa siapa bapak tersebut. Saya tidak ingat wajahnya.

Lalu Pak Nyoman menyodorkan uang Rp.25.000,- kepada saya. Jelas saja saya bingung. Pak Nyoman menjelaskan, “Ini uang yang dulu pernah Febry pinjamkan pada saya. Waktu dulu saya beli HP Samsung bersama anak saya. Lalu ternyata uang saya kurang Rp.20.000,-“

Langsung memori itu kembali datang. Saya ingat, dan dengan sopan saya menolak uang tersebut. Karena saya tidak pernah bermaksud meminjamkan. Namun Pak Nyoman memaksa, dan akhirnya saya terima. Saya sungguh berniat untuk membantu setulus hati.

—————–

Sebuah kisah empati yang luar biasa. Hanya bisa terjadi bila anda mau melayani dengan hati. Saya trenyuh. Karena seorang bapak tentunya ingin menjadi ‘Knight in Shining Armor’ atau seperti ‘Pangeran di atas kuda kencana’ bagi anak-anaknya. Saat tidak bisa membelikan HP, saat malu di kasir, baju zirah itu seolah terkoyak.

Saya bisa merasakan kepedihan bapak itu. Bagaimana menurut anda? Apa yang anda rasakan bila anda di posisi Pak Nyoman?

Kisah seperti ini yang dibagikan di SECINDO. Maka pastikan anda dan team anda sudah terdaftar di SECINDO, Gratis! SECINDO hadir dalam bentuk milis (mailing list) sehingga gampang diikuti oleh semua orang. Mailing list itu sifatnya mirip dengan BBM Group atau meeting di kantor. Di mana bila ada 1 orang yang mengirimkan cerita, maka semua membernya akan mendapatkan cerita itu. Setiap orang boleh membalas dan menanggapi.

Bila anda termasuk yang merasa service / pelayanan itu sangat penting, daftarkan email anda dan team anda. Untuk mendaftar, anda bisa mengirimkan email kosong dengan subject kosong ke secindo+subscribe@googlegroups.com

Bila anda ingin mendaftarkan email anda atau bahkan sekalian dengan team anda sekaligus, silakan kirimkan daftar emailnya ke tesya@hendrikronald.com. Kami akan membantu anda mendaftarkannya ke SECINDO

Salam Dahsyat!

Hendrik Ronald (Founder of SECINDO)