Siapa Musuh Terbesar Perusahaan Anda?

Saya suka sama orang sukses. Soalnya, orang sukses atau yang calon sukses, punya satu sifat yang sangat bagus, yaitu…. NURUT!!!

Kalau diajarin, dengan senang hati mereka bakalan langsung ngikuti apa yang disuruh. Coba deh kalau anda nasehatin yang gak sukses atau gak punya mental sukses. Bandel separoh mati. Begitu diajarin banyak protesnya:

  • Tapi kan …”
  • “Saya sudah coba…..”
  • “Ya, ntar deh kalau sempat…”
  • “Loe itu gak tau, gua tuh sebenarnya…”
  • “Semua yang loe bilang sudah gua cobain…..”
  • dan aneka alasan lain.

Fuh…… sudah dikasih tau, ngeyel pula. Habis itu ntar malah ngomong begini, “Ya, loe ngomong doank sih gampang. Loe tuh nggak tau sebenarnya gimana” Itu namanya sudah gak mau praktek, nyalahin pula!!!! Tak injek-injekin deh!!! Hehehehhe.

Tidak patuh

Nah, kembali ke resep sukses, sebenarnya banyak perusahaan itu salah paham. Kebanyakan dari mereka itu merasa mereka melawan perusahaan lain. Mereka merasa saingan terberat mereka adalah perusahaan saingan yang suka main kotor, persaingan gak sehat, dll.

Mereka merasa market yang memang gak bagus. Situasi ekonomi lagi gak ok. Politik lagi bergejolak. Orang seperti ini biasanya selalu membuka mata lebar-lebar untuk mencari penyelamat. Dia percaya, bahwa di luar sana ada orang yang baik, yang hebat, yang bisa menyelamatkan perusahaan dia. Yang pantas dia berikan gaji lebih.

Namun masalahnya, sang penyelamat itu bagaikan dewa-dewa di luar sana, sudah didoakan banyak-banyak, tetap hampir gak pernah kelihatan wujudnya. Angin-anginnya sudah mulai kerasa, tapi tetap aja orangnya gak datang-datang.

Kadang terlihat ada orang yang hebat, begitu sudah masuk ke perusahaan, ternyata ketahuan belangnya. Gak cocok, ganti lagi. Begitu aja terus. Kalau sudah 30 tahun berbisnis, tetap selama 30 tahun itu menunggu dan mencari dewa-dewi penyelamat. Seorang manager yang handal, baik, cocok, berdedikasi, dll.

Bahkan ada yang putus asa dan ngomong kurang lebih begini ke saya, “Bukan begitu, bro. Loe tau sendiri orang Indonesia. Banyak bacot, minta gaji besar tapi gak bisa kerja. Gak punya ilmu.”

Unqualified employee

Yey!! Memangnya perusahaan lain gak menghadapi orang-orang Indonesia yang sama? Memangnya karyawan mereka import dari Australia? Memangnya ‘dewa-dewi’ mereka lebih murah hati dan muncul lebih sering?

Nah, ayo kita pelajari perusahaan-perusahaan terbaik di dunia. Walt Disney, P&G, General Electric, Marriot, Wal-Mart dan beberapa perusahaan visioner lainnya. Mereka sudah banyak mengalami masa-masa penuh tantangan. Mereka bertahan 50 tahun atau bahkan lebih dari 100 tahun. Mereka mengalami masa berlimpah darah dan tetap terus maju, lebih kuat daripada sebelumnya.

Mereka punya kesamaan, mereka punya kultur yang sangat kuat. Hanya orang-orang yang mempunyai standard yang sama yang masuk ke sana. Yang bekerja di sana adalah orang-orang yang punya mimpi yang sama.

Mereka tidak menghabiskan tenaga untuk bertempur dengan teman-temannya!! Percayalah, tantangan kebanyakan perusahaan sebenarnya bukanlah market atau saingan. Tantangan terbesar justru sering kali terjadi di kantor. Pertempuran di kantor dan pertempuran batin itu yang paling banyak menghabiskan energi!!!

Stress sama karyawan dan rekan kerja itu yang menghabiskan waktu. Gak ada komunikasi antar departemen, saling menuduh dan ‘membunuh’.

Analogi simpelnya begini, di sebuah pertandingan sepak bola, hanya 2 orang dari anggota tim yang tau di mana letak gawang berada. Hanya 2 orang itu yang perduli untuk mencetak goal. Yang lain sibuk berantem sama kawan sendiri. Bukan sibuk mengambil bola dari lawan, namun dari kawan sendiri.

Parah banget ga sih, itu team? Yak, bisa jadi itu yang terjadi di perusahaan kita *butuh kebesaran hati untuk mengakui hal ini*

Fighting among team member

Itu makanya perusahaan-perusahaan terbaik tau. Leader-leader terbaik tau, bahwa buah karya terbesar mereka bukanlah product / service. Buah karya terbaik mereka adalah culture / budaya di perusahaan itu sendiri. Budaya yang bertahan lama setelah mereka mati. Budaya yang terus berjalan sampai kapanpun.

Mereka tidak mau mengambil manager dari luar. Mereka selalu mengambil karyawan dari bawah, memupuk karyawan itu agar tumbuh dengan budaya mereka. Lalu membiarkan karyawan itu tumbuh dengan kultur yang mereka bangun. Karyawan itu yang nanti akan menjadi leader dan meneruskan budaya di perusahaan itu.

Mereka tau, harta terbesar mereka adalah budaya dari perusahaan itu sendiri!!

Bagaimana dengan di perusahaan anda? Apa karyawan-karyawan baru terus-menerus keluar masuk? Keluarkan 1, rekrut yang lain. Mau sampai kapan begitu? Mau sampai kapan melatih karyawan baru terus? Kalau terus-menerus terjadi pergantian karyawan, artinya bukan karyawan yang harus introspeksi diri. Siapa yang harus introspeksi diri?

Hayo mulai sekarang belajar membangun budaya. Kalau mau, anda boleh ikut salah satu kelas terbaik saya, “Service Excellence for Leaders.” Di sana kita belajar bagaimana membangun budaya! Berdasarkan  contoh-contoh terbaik di dunia tentu saja 🙂

PS: info seminar / workshop selalu saya kirimkan via email. Bagi anda yang ingin informasi mengenai seminar, boleh juga telp langsung ke Bu Lusy di 0811 – 766 152

Salam Dahsyat!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com