Dulu waktu saya masih SD (syukurlah sekarang sudah lulus) setiap murid mendapatkan nomor urut berdasarkan abjad. Jadi misalnya namanya ‘Abi’, bisa dipastikan dia dapat nomor 1. Karena nama saya, “Hendrik Ronald”, sering kali saya dapat nomor di pertengahan. Biasanya nomor urut saya 16.

Nah, kalau pas dipanggil tampil ke depan kelas, biasanya guru selalu mulai dari nomor urut 1. Guru yang lebih kreatif mulai dari nomor urut paling akhir. Tapi tidak ada guru yang super kreatif manggilnya mulai dari nomor 16.

Sebenarnya urutan itu penting ga sih? Anggaplah anda ingin menelpon ke Singapore dengan kode negara (65), kalau urutannya terbalik, maka telpon anda nyambungnya ke Chile.

Itu cerita pertama.

Nah, pernahkah anda pergi ke sebuah bakery? Di situ anda melihat ada sebuah kue tart yang begitu cantik dan menggiurkan. Tanpa memperdulikan diet, akhirnya anda beli juga kue tart itu. Ketika memasukkan ke mobil, anda letakkan dengan hati-hati. Menyetirpun pelan-pelan supaya kuenya tetap utuh sampai di rumah.

Begitu sampai di rumah, kuenya anda angkat pelan-pelan. Anda bahkan minta tolong pembantu untuk membukakan pintu rumah. Setelah sampai di meja makan, kuenya anda keluarkan dari kotak. Anda tersenyum dan air liur sudah mulai menetes karena ngiler, lalu kuenya anda buang ke tong sampah.

Itu cerita yang kedua.

Ternyata urutan itu begitu penting. Sebagai contoh, mayoritas kita makan buah setelah perut kenyang. Entah itu pisang, jeruk, semangka atau yang lainnya. Namun taukah anda, bahwa zat gula di dalam buah harus diproses dalam waktu 15 menit. Bila perut sudah kenyang baru kita makan buah, tentunya khasiat buah tidak sempat diserap. Maka yang terjadi hanyalah fermentasi dan terbentuk gas. Kita jadi sendawa dan khasiat buah terbuang percuma. Beli buah anggur, kiwi, dll cuma jadi gas doank?

Tidakkah ini sama saja dengan membeli kue tart mahal dan membuangnya ke tong sampah?

Begitu pula dalam bekerja. Karena penting saya ulangi sekali lagi (walaupun sudah disinggung di artikel sebelumnya). Huku Paretto menyatakan, dari 10 tugas yang ada, 2 tugas di antaranya memberikan 80% hasil. 2 tugas ini biasanya adalah yang tersulit.

Namun apa yang kita lakukan? Sering kali kita malah mengerjakan 8 tugas yang remeh-temeh yang hanya memberikan 20% hasil. Energi, waktu, tenaga, perhatian kita habis untuk melakukan 8 tugas yang remeh-temeh. Kita merasa sudah sibuk seharian, capek, emosi. Padahal hasilnya cuma 20%.

Sering kali kita tidak bisa mengatur urutan kerja. Padahal kalau setiap kali kita bangun, kita langsung mengerjakan tugas yang hasilnya paling besar, hidup kita pasti berubah. Ingat, kita tidak bisa mengatur waktu, kita hanya bisa mengatur prioritas.

Nah, mari kita action. 2 tugas apa yang akan anda kerjakan hari ini? Mau share ke saya? Setidaknya dengan anda share saja, komitmen anda mengerjakan tugas itu akan semakin besar. Setuju kan? Apa yang akan anda kerjakan?

Salam dahsyat!!!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com