Terbaik Di Dunia? – Part 6

Karyawan Terhangat September 2010

Bekerja di siang hari itu bukan momen yang paling menyenangkan. Panasnya Pekanbaru itu memang menggairahkan. Kadang bikin bergairah untuk nge-gaplok orang saking panasnya, hehhehe. Memang saat suasana sedang panas, banyak keputusan yang tidak tepat.

Beberapa waktu lalu saat saya ke salah satu bank terbesar di Indonesia, saya ‘dimarahi’ oleh satpamnya. Saya agak tertegun, namun saya mencoba berempati. Saya jadi mengerti bahwa dia sebenarnya sedang kepanasan. Sebenarnya kalau ada sebuah topi, dia pasti bisa bekerja lebih baik. Mood dia pasti lebih stabil. Namun jarang ada atasan yang mau berempati pada staff-nya. Jarang juga ada bawahan yang tau solusi buat masalah dia sendiri.

Ah, bila saja kita mau mencoba berempati pada staff kita, mereka pasti akan bekerja jauh lebih baik. Namun kita jauh lebih sering minta dimengerti tanpa mau mengerti.

Saya makin mengerti bahwa selain berempati pada tamu, kita terlebih dahulu harus berempati pada staff sendiri.

Ayo kembali ke panas-panasan. Siang itu saya mondar-mandir lagi di kantor. Syukurlah kantor saya dingin. Walaupun AC Daikin saya itu sudah tua banget, dia selalu bisa bekerja dengan sangat baik. Dengan body kekarnya yang masih berbentuk kotak, dengan remote yang masih terhubung lewat kabel. Kantor saya tetap adem, walaupun tidak ada tirai. Kantor saya memang terang-benderang tanpa tirai. Bagaikan aquarium, semua orang bisa melihat saya bekerja di dalam.

Satu hal yang suka menghambat pekerjaan saya adalah tidak adanya koneksi internet di kantor. Manager terdahulu memang belum mengerti internet, maka bisa jadi dia berasumsi tamupun belum butuh internet. Saya sendiri dilema. Mau mendaftar internet, maka pengeluaran hotel akan bertambah. Kalau tidak mendaftar dan harus internet-an di rumah, pekerjaan saya bisa gak selesai-selesai.

Oitsss!!!! Ini langsung menghentikan langkah saya yang sedang mondar-mandir. Tamupun pasti butuh koneksi internet. Walaupun menginapnya di hotel tua yang sudah 25 tahun, namun kalau bisa dapat internet, kan lumayan. Maka saya mulai menghubungi siapa saja yang saya tau. Saya mengunjungi kantor telkom dan kantor-kantor lainnya untuk minta penawaran pemasangan Wi-Fi di seluruh hotel.

Akhirnya penawaran itu akhirnya datang juga. Saya membuka map di depan saya dan tertegun. Setelah survey, mereka memperhitungkan saya harus invest sekitar 30 sampai 40 juta untuk meng-internet-kan seluruh hotel saya. Itu baru perkiraan. Biasanya yang namanya proyek, pasti lebih besar biayanya daripada yang diperkirakan. Sering kali bisa double dari perkiraan.

Saya menarik nafas dalam-dalam dan memperkirakan 60-80 juta untuk internet yang diberikan GRATIS kepada tamu. Belum lagi biaya internet bulanan. Saya tidak mungkin mendaftar internet yang untuk rumahan. Saya harus keluar minimal 1 juta sebulan, yang untuk kantor. Bisa jadi harus 2 juta per bulan. Maka response saya cuma satu, “NO WAY!!!”

Sekali lagi, saya harus meningkatkan kualitas hidup saya. Untuk itu pertanyaan saya harus benar. Maka saya ubah pertanyaannya.

Tadinya pertanyaan saya, “Sebenarnya tamu-tamu itu bisa gak sih hidup tanpa internet?

Sekarang saya ganti menjadi, “Gimana caranya supaya saya bisa menyediakan internet lebih murah, lebih cepat, lebih masuk akal?

Saya tau harga repeater gak ekonomis, harga router gak murah, harga server mahal banget. Belum lagi biaya langganan internet tiap bulan.

Maka saya coba menelpon teman lama saya. Juragan internet se-Riau. Yang punya bandwith (sepertinya) lebih gede daripada Telkom + XL + Indosat Pekanbaru. Dia punya ruko di dalam gang. Sebuah ruko yang pintunya selalu tertutup. Dia juga punya warnet di situ. Warnet miliknya terlihat gelap dan berantakan. Komputer-komputernya sudah tua. Ada kerat teh botol, ada meja yang berantakan. Ada beberapa ABG yang sedang internetan dengan kaki diangkat satu ke kursi. Jelas bukan pilihan utama saya kalau mau ke warnet.

Namun saya tau sang juragan ini luar biasa dalam me-manage team-nya. Hebat dalam mengatur pemasukan dan pengeluarannya. Dia bisa bikin komputer dengan chassing dari styrofoam alias gabus! Bayangin, motherboard + kartu-kartunya dipasang ke gabus, dan bisa laku dijual pula! Dia bisa merakit keran bak otomatis dari pelampung tangki air. Saya kagum dengan makhluk satu ini. Saya harus belajar dari dia.

Langkah kaki saya terhenti melihat banyaknya antena buatan sendiri. Bentuk parabola dengan bagian tengahnya ada yang menonjol. Persis seperti parabola untuk di rumah, namun ukurannya jauh lebih kecil. Namun setelah saya perhatikan baik-baik, bagian tengahnya terbuat dari pipa paralon!! *gedubrak*

Pria yang satu ini memang Maginificent! Kalau ada orang di Pekanbaru ini yang bisa membantu saya untuk membuat Wi-Fi murah di seluruh hotel, pastilah ‘wong sableng’ alias ‘humanus crazius’ yang satu ini. Pria misterius yang punya nickname MC. Namun kalau di BBM pakai nickname ‘Panda’. Mungkin karena bentuk dia memang mirip sama ‘Po’ di KungFu Panda! Bulat, lucu dan pakai kaca mata.

Po KungFu Panda

Kunjungan saya memang gak sia-sia. Ngobrol dengan pria ini membuat darah saya berdesir cepat. Kepala saya mengangguk-angguk kencang karena happy. Sambil berusaha untuk ‘jaga postur’. Walaupun sudah girang bukan kepalang. Saya langsung ‘orgasme’ di siang hari. (Mohon maaf buat kosakata-nya yang unik, namun demi memperkuat makna, izinkan yah.) Memang sungguh seperti itulah yang saya rasakan. Happy luar biasa!!!

Humanus crazius yang satu itu ini bisa menyediakan perangkat internet untuk seluruh hotel saya. Seluruh peralatan akan disediakan olehnya. Bahkan koneksi internet bulanan juga disediakan. Biayanya? Rp.0,- alias ‘gratis’ alias ‘gretong’ alias ‘I LOVE YOU FULL, Oh Panda!!!”

Aaaah, dia cuma minta izin atap gedung saya boleh dijadikan BTS atau antena untuk memperluas jaringan internet beliau. Maka jawaban saya, “Dengan senang hati!!“. Mau nginap di atap gedung, juga pasti saya izinkan. Ini konsep barter yang sangat beautiful. He is an angel!!

Lebih hebatnya lagi, internet itu tidak jebol begitu saja. Tidak bisa di’curi’ seenaknya oleh yang gak menginap. Dia bahkan bisa menyediakan ‘User name’ dan ‘Password’ untuk setiap user. Masing-masing user mendapatkan bandwith sendiri-sendiri. Sehingga saat banyak yang pakaipun, internetnya tetap stabil. How can I not love him?

Maka proyek internet untuk tamu, selesai. Saya bisa menyediakan FREE Wi-Fi dengan biaya free juga. Terima kasih, Tuhan.

Ah, saya bahagia. Namun saya tau, ada yang lebih penting daripada Free Wi-Fi. Sesuatu yang diharapkan oleh hampir semua tamu saya. Fitur yang ini begitu pentingnya, sehingga saya kudu ngotot. Itulah fitur…. To Be Continued!

Salam Dahsyat!

 

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:

Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com